Rabu, 26 November 2014

Komunikasi dan Konflik



RESUME
 ILMU KOMUNIKASI
KOMUNIKASI DAN KONFLIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ilmu komunikasi”

Dosen pembimbing:
Dr. Ngainun Na’im, S.Ag, M.Hi.

Disusun oleh:
1.     Achmad Shoffan Baha’i                               (2831133001)
2.     Ibnu Rochim                                               (2831133014)
3.     Lina Soiyana Safitri                                      (2831133024)

JURUSAN TAFSIR HADITS 3 A
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
September 2014




Tujuh puluh persen dari waktu yang dimiliki manusia dipergunakan untuk berkomunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu haus untuk berinteraksi. Namun dalam interaksinya, manusia acapkali dihadapkan pada situasi yang disebut konflik. Konflik tidak akan muncul jika tidak melalui komunikasi, dan konflikpun tidak akan mereda tanpa adanya komunikasi. Dari sini akan dibahas bagaimana komunikasi dapat membentuk sekaligus menyelesaikan konflik yang tengah terjadi dalam masyarakat.

Pengertian Komunikasi
Secara etismologis komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari akar kata communis dan kemudian diresap dalam bahasa Inggris communication yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dalam maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, menerima dan melaksanakan apa yang diinginkan komunikator. Sedangkan secara terminologi komunikasi dapat diartikan sebagai proses menyampaikan informasi oleh seseorang kepada orang lain (Widjaja, 2010: 2).
Komunikasi akan berlangsung apabila antara orang-orang yang   terlibat dapat memahami maksud atau terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Dengan kata lain, jika seseorang mengerti tentang suatu hal yang dinyatakan oleh orang lain, maka pada saat itulah terjadi komunikasi. Tujuan daripada komunikasi sendiripun juga tidak muluk-muluk, yaitu untuk mengharapkan pengertian, dukungan gagasan dan tindakan.

Pengertian Konflik
Jika dilihat dari pengertian bahasa, konflik berasal dari bahasa Latin configere yang berarti memukul. Dengan kata lain, dalam kondisi konflik bisa saja terjadi tindakan saling memukul (Janu Murdiyat, 2007: 161). Konflik tidak lain adalah efek yang dihasilkan dalam interaksi sosial, dimana keberadaannya selalu dilatar belakangi oleh perbedaan-perbedaan.
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya konflik diantaranya sebagai berikut:
1.      Perbedaan Antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan haga diri, kebanggaan dan identitas seseorang.
2.      Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu baik pula di mata masyarakat lain.
3.      Perbedaan kepentingan
Sudah jelas, setiap individu atau kelompok yang berbeda memiliki kepentingan yang berbeda pula. Tergantung pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam hidupnya.
4.      Perubahan sosial
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, apabila terlalu cepat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dari sini konflik dapat terjadi karena adanya ketidak sesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan tersebut.
Berbicara mengenai konflik pastilah tidak terlepas dari bagaimana cara mengendalikannya. Pengendalian suatu konflik hanya mungkin dapat dilakukan apabila berbagai pihak yang berkonflik terorganisir secara jelas. Adapun demikian, dalam melakukannya butuh strategi pendekatan yang tepat. Berikut cara-cara mengendalikan atau meredakan suatu konflik:
1.      Konsiliasi
Konsiliasi merupakan bentuk pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan secara adil.
2.      Arbitrasi
Cara ini merupakan pengendalian konflik melalui pihak ketiga yang telah disepkati kedua belah pihak yang berkonflik. Adapun keputusan yang diambil pihak ketiga harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik.
3.      Mediasi
Merupakan bentuk pengendalian dimana pihak-pihak yang berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Akan tetapi, keputusan-keputusan pihak ketiga tidak mengikat pihak manapun.
4.      Ajudikasi (Ajudication)
Merupakan cara penyelesaian konflik lewat pengadilan.
Setiap konflik yang terjadi dalam masyarakat akan membawa dampak, baik itu positif maupun negatif. Untuk dampak negatinya tentu sudah dapat dibayangkan, diantaranya berupa hilangnya kekerabatan, harta maupun nyawa. Sedangkan dapak positifnya dapat berupa:
1.      Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok.
2.      Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan teguh.
3.      Membantu menghidupkan kembali norma-norma yang lama dan menciptakan norma-norma yang baru (Taufiq Rohman Dhohiri Dkk, 2007: 43-44).

Hubungan antara Komunikasi dan Konflik
       Komunikasi sebagai alat dalam interaksi sosial memiliki dua peranan dalam keterkaitannya dengan konflik, yaitu:
1.      Sebagai pemicu timbulnya konflik
Komunikasi yang merupakan kegiatan dengan melibatkan lebih dari satu orang, sangat wajar jika didalamnya muncul beberapa benih yang menimbulkan pada pertikaian atau konflik. Namun dalam hal ini komunikasi tidaklah berdiri sendiri. Ada faktor lain yang mempengaruhinya sehingga menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penghambat dalam komunikasi tersebut setidaknya dapat dibedakan atas empat hal yang berbeda, yaitu:
a.       Hambatan sosio-antro-psikologis
Sebagaimana sudah jelas tersirat dalam namanya, hambatan pada poin pertama ini menyerang situasi dan kondisi, yang mana situasi ketika komunikasi dilangsungkan amat berpengaruh besar terhadap kelancaran komunikasi. Adapun keterangannya sebagai berikut:
1)      Hambatan sosiologis
Hambatan sosial yang mewarnai ketidak lancaran dalam komunikasi bisa berbertuk pada banyak hal, contohnya seperti perbedaan pada ranah stratifikasi sosial.
2)      Hambatan antropolis
Dalam kacamata antropologi, komunikasi dapat terhambat karena perbedaan ras, suku ataupun etnis yang disertai dengan minimnya pengetahuan tentangnya.
3)      Hambatan psikologis
Faktor psikologis kerap kali menjadi daya penghambat dalam komunikasi. Prasangka misalnya, prasangka merupakan salah satu dari hambatan terberat dalam kegiatan komunikasi. Sebab kenapa?, mayoritas orang seringkali berprasangka sebelum ada klasifikasi lebih lanjut.
b.      Hambatan semantis
Hambatan semantis tidak lain terletak pada diri komunikator sendiri, misalnya menyangkut bahasa yang digunakan sebagai alat dalam komunikasi. Hambatan macam ini secara runtut biasanya berbentuk salah ucap atau salah tulis yang kemudian menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), lalu berujung dan menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
c.       Hambatan mekanis
Hambatan ini menyerang media yang digunakan dalam melancarkan komunikasi. Contohnya beragam, diantaranya bisa berupa tulisan pada kertas yang terlalu kecil atau terlalu buram, suara krepek-krepek pada telepon, dan gambar semut yang muncul pada pesat televisi. Dengan kata lain, hambatan mekanis adalah hambatan inderawi.
d.      Hambatan ekologis
Sebagaimana namanya, hambatan ini muncul dari faktor lingkungan, yaitu hambatan yang datangnya dari lingkungan. Misalnya, kebisingan. (Onong Uchjana Effendy, 2004: 32)
2.      Sebagai pereda suatu konflik
Peran kedua komunikasi terhadap konflik adalah untuk mengendalikan dan meredakan konflik tersebut. Adapun usaha untuk meredakan atau mengendalikan konflik dapat ditempuh melalui cara-cara yang telah dibahas diatas. Namun demikian, mengapa komunikasi disebut-sebut dapat meredakan konflik?. Hal ini karena cara-cara pengendali atau pereda konflik seperti konsiliasi, arbitrasi, mediasi dan ajudikasi adalah perwujudan komunikasi yang dilakukan dengan cara dan bentuk yang berbeda-beda.

Sumber Referensi:
Blake Ree d H, 2005, a taxonomy of Concepts in Communication (ter. Taksonomi
Konsep Komunikasi, oleh Hasan Bahanan), (Surabaya: Papyrus, cet. II)
Dhohiri, Taufiq Rohman Dkk, 2007, Sosiologi: Suatu Kajian Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, cet. II
Effendy, Onong Uchjana, 2004, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda
Karya, cet. VI
Murdiyat Janu, 2007, Memahami dan Mengkaji Masyarakat, Bandung: Grafindo
Media Pranata
Widjaj, 2010, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,
Jakarta:Bumi Aksara, cet. VI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar